Bangun Ekosistem Makan Bergizi Gratis, Wujud Nyata Dukung Gizi Nasional

Bagikan

Yogyakarta – Muhammadiyah terus menunjukkan kiprahnya dalam pembangunan sosial melalui langkah konkret di bidang pemenuhan gizi. Usai menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Badan Gizi Nasional pada Sidang Tanwir di Kupang, Desember 2024 lalu, Muhammadiyah kini menyiapkan ekosistem makan bergizi gratis yang dirancang agar berkelanjutan dan berdampak luas.

- Advertisement -

Dikutip dari muhammadiyah.or.id, Sabtu (11/10), Ketua Koordinator Nasional Makan Bergizi (Kornas MBG) Muhammadiyah, M. Nurul Yamin, menjelaskan ekosistem ini tidak hanya soal menyediakan makanan, tetapi juga mencakup keseluruhan rantai pengelolaan yang terintegrasi.

“Ekosistem ini harus mencakup seluruh rantai, mulai dari penyediaan bahan baku, standar gizi dan menu, dapur yang higienis, transportasi dan distribusi, hingga pengelolaan limbah makanan,” ujar Yasmin dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Ekosistem Makan Bergizi Gratis Muhammadiyah” di SM Tower & Convention Yogyakarta, pada Jumat–Sabtu (3–4/1).

Artikel Lainnya
1 of 64

Menurut Yamin, keberhasilan program bergantung pada perencanaan matang dan kolaborasi lintas sektor. Ia menegaskan pengelolaan harus mempertimbangkan aspek keuangan, pembiayaan, sumber daya manusia, serta pembentukan karakter peserta didik agar program ini tidak sekadar konsumtif, tetapi juga edukatif.

Ia melihat, dengan jaringan organisasi yang kuat, Muhammadiyah memiliki daya dukung besar untuk menjalankan program ini. Lebih dari 120 rumah sakit, 172 perguruan tinggi, termasuk 25 dengan Program Studi Gizi, serta ribuan sekolah dan pesantren siap dilibatkan.

Baca Juga :   TLSA Jalan-Jalan Sore ke Pasar Lawas Mataram

“Selain itu, ketersediaan lahan wakaf dan aset di sektor pertanian, perikanan, dan pembangunan dapur menambah kekuatan inisiatif ini,” katanya.

Pihaknya menambahkan, gerakan seperti Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) dan Jamaah Nelayan Muhammadiyah (JALAMU) juga siap berperan sebagai penyedia bahan pangan seperti beras, sayuran, dan ikan.

Beberapa sekolah dan pesantren Muhammadiyah bahkan telah menjalankan program makan siang. Sehingga, model ini dianggap paling efektif untuk diterapkan secara luas.

“Keunggulan dapur berbasis sekolah atau pesantren adalah efisiensi distribusi, karena tidak memerlukan transportasi tambahan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Yamin menyebut, tugas utama Kornas MBG saat ini adalah mengonsolidasikan potensi di semua lini, dari pusat hingga daerah. Hal ITU mencakup sumber daya manusia, lembaga pendidikan, serta komunitas yang dapat bergerak bersama mewujudkan sistem makan bergizi gratis di Indonesia.

“Dengan inisiatif ini, Muhammadiyah ingin berkontribusi nyata dalam memperkuat program nasional pemenuhan gizi masyarakat dan melahirkan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif,” pungkasnya. (guf)


Bagikan

Leave a Reply