Lima Strategi Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Publik Muhammadiyah

Bagikan

YOGYAKARTA – Muhammadiyah, sebagai bagian dari lembaga sosial dituntut memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkesinambungan. Dan kunci utama pelayanan terletak pada kemampuan komunikasi.

- Advertisement -

Hal itulah yang disampaikan Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Dr. Farid Setiawan, saat menjadi narasumber dalam Refreshing Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) #5, pada Jumat (28/11) di Aula PWM DIY.

Kegiatan Refreshing AIK yang rutin digelar setiap akhir bulan oleh PWM DIY. Tujuannya untuk mempererat silaturahmi seluruh pegawai, staf, dan relawan.

Artikel Lainnya
1 of 71

Selain itu, kegiatan ini menjadi ruang refleksi spiritual dalam memperkuat nilai-nilai Al-Islam, dan menjaga semangat dakwah menjalankan amanah di lingkungan Persyarikatan.

Farid mengungkapkan, komunikasi efektif dipengaruhi banyak hal, mulai dari kondisi psikologis, lingkungan sosial, perbedaan budaya dan memanfaatkan teknologi.

“Penting memahami perbedaan sosial dan budaya saat menjalin komunikasi. Sebab itu, harus bisa menyesuaikan diri dengan beragam karakter, tetapi jangan sampai kehilangan identitas Persyarikatan,” tuturnya.

Mengutip hasil penelitian menunjukan, sebanyak 93 persen makna komunikasi berasal dari nada dan ekspresi nonverbal. Karena itu, ekspresi positif, senyum, dan intonasi lembut harus dibiasakan, termasuk dalam komunikasi digital.

“Kalau nadanya tinggi, kita merendah. Kalau mereka merendah, kita tetap stabil. Jangan cepat-cepat menghakimi. Kadang, mereka salah karena tidak tahu. Dengarkan dulu,” ucapnya

Untuk meningkatkan mutu layanan, Doktor Psikologi Pendidikan Islam itu menawarkan lima strategi komunikasi efektif

Baca Juga :   Wisata Religi Majelis Tabligh dan Ketarjihan PCA Kotagede

Yaitu menggunakan bahasa sopan, mendengarkan dengan empati, mengendalikan emosi, memberikan umpan balik positif, serta menjaga konsistensi antara ucapan dan tindakan.

“Bekerja di lembaga sosial tentu bertemu banyak orang yang memiliki beragam karakter. Komunikasi tidak sekadar citra diri, tetapi juga citra lembaga,” pesan Farid. (guf)


Bagikan

Leave a Reply