Naskah Khotbah Idulfitri 1445 H

Bagikan

Memaknai Hikmah Menuju Taqwa

- Advertisement -

Oleh: Ir. Ahmad Syauqi Soeratno, M.M.

Artikel Lainnya
1 of 13

Hadirin Jamaah Salat Idulfitri yang dirahmati Allah, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt, atas limpahan karunia-Nya yang tiada terhingga, sehingga kita bisa bersilaturahmi bersama, bersimpuh di hadapan-Nya merayakan Idulfitri 1 Syawal 1445 H pada pagi hari ini. 

Di hari fitri yang berbahagia ini kami ingin mengajak para jamaah untuk merenungkan kembali hakikat takwa yang menjadi tujuan mukminin dan mukminat selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. 

Ibadah puasa di bulan Ramadan, diawali dari perintah Allah Swt dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi,

(183) يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya,

“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu sekalian bertakwa.”

Dari ayat di atas kita memahami bahwa bagi orang-orang yang beriman diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Di dalamnya setidaknya terdapat tiga hikmah yang dapat kita petik. Hikmah pertama, adalah bahwa perintah di atas diberikan kepada mereka yang beriman. Mereka yang memiliki keyakinan bahwa Allah Swt itu ada dan apa yang diperintahkan adalah benar adanya, termasuk diantaranya kewajiban berpuasa yang akan membawa setiap insan beriman mendapatkan derajat takwa yang lebih tinggi.

Hikmah kedua, yaitu perintah puasa tersebut adalah sebuah kewajiban. Artinya apabila kita sengaja melalaikan atau kita sedang mendapatkan halangan sehingga tidak bisa menjalankan ibadah puasa Ramadan maka wajib bagi kita untuk menggantikannya di bulan-bulan yang lain. Atau apabila karena sudah uzur, harus diganti dengan fidyah apabila tidak mampu menjalankannya. Dan hikmah yang ketiga adalah bahwa siapa pun yang telah menjalankan ibadah puasa hanya karena mengharapkan rida-Nya, maka Allah Swt akan memberikan derajat takwa yang lebih tinggi.

Dari ketiga hikmah di atas kita belajar tentang betapa penting memahami dan menjalankan perintah Allah dengan sepenuh hati, karena sungguh tidak mudah bagi mereka yang tidak memiliki iman untuk memahami perintah ibadah yang memerlukan daya imajinasi dan pemahaman yang sangat dalam, seperti halnya terhadap perintah beribadah puasa dan konsepsi meningkatnya derajat takwa.

Takwa sebagai orientasi bagi para mukminin yang menjalankan ibadah puasa juga harus disampaikan dengan konteks yang lebih jelas. Setidaknya untuk memberikan gambaran bahwa ibadah puasa yang harus dijalani selama satu bulan, akan memberikan reward dan penghargaan yang pantas bagi para mukminin yang menjalankannya.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Jamaah Salat Idul Fitri yang dirahmati Allah,

Selain hikmah-hikmah di atas kita mengenal pula setidaknya ada lima manfaat bagi mereka yang meyakini bahwa takwa adalah predikat mulia yang diamanahkan kepada setiap insan untuk dituju dan diamalkan.

Baca Juga :   Mari Hadiri Pengajian Ahad Pagi bersama Ustadz Wuntat

Manfaat takwa yang pertama dapat kita lihat pada firman Allah di surat Ali Imran ayat 102, yang di berbunyi,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ (102)

Artinya,

Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan jangan sampai kita menjumpai kematian kecuali kita dalam keadaan muslim atau terselamatkan.”

Dari ayat tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa manfaat takwa salah satunya adalah menyelamatkan kita pada saat kita berjumpa dengan kematian. Di saat begitu banyak orang ingin meninggal dengan husnul khotimah, bagi mereka yang bertakwa insyaAllah pada saat berjumpa dengan kematian, Allah akan menyelamatkan dan memberikan akhir yang baik kepada para muttaqīn.

Manfaat takwa berikutnya disampaikan dalam surat yang sama yaitu Ali Imran pada ayat 133 yang berbunyi,

وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ (133)

Artinya adalah,

“Bersegeralah kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga seluas langit dan bumi yang disediakan kepada orang-orang yang bertakwa”.

Dari ayat ini saja kita mengetahui terdapat dua manfaat takwa bagi mereka yang benar-benar menjalankannya. Manfaat yang pertama adalah disediakannya ampunan dari Allah kepada orang-orang yang bertakwa dengan sepenuh hati, meskipun dalam perjalanan kehidupannya orang-orang itu tidak lepas dari khilaf dan lupa. Bahkan hal tentang pengampunan dari dosa ini ditegaskan dalam sebuah hadis yang menyebutkan,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Yang artinya,

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan semata mengharap pahala dari Allah Swt maka akan diampuni dosa dan kesalahannya yang telah lalu.” (HR. Bukhari-Muslim).

Sehingga jelas telah dinyatakan bahwa siapapun yang menjalankan ibadah puasa Ramadan semata hanya mengharap rida Allah, maka Allah Swt akan mengampuni segala dosa dan kesalahannya. Hal inilah salah satu manfaat takwa yang terbesar bagi para mukminin yang dengan sungguh-sungguh menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Jamaah Salat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Manfaat yang ketiga setelah keselamatan saat sakaratul maut & ampunan dari Allah adalah disediakannya surga seluas langit dan bumi. Surga, sebagai tempat terbaik dengan berbagai kenikmatannya telah disediakan bagi para muttaqīn, yaitu tempat tertinggi bagi orang-orang yang sungguh-sungguh bertakwa hanya kepada Allah Swt.

Selain apa yang tercantum dalam surat Ali-Imran, kita dapati pula manfaat takwa pada nukilan ayat 2-3 surat At Talaq,

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ (2) 

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)

Yang artinya,

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah Swt niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (dari persoalan). {2}”

“Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah-lah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu. {3}” 

Manfaat berikutnya dari menjadi muttaqīn adalah bahwa Allah Swt akan memberi kita kemudahan jalan keluar dari berbagai persoalan dunia. Bahkan manfaat takwa berikutnya adalah Allah Swt akan memberikan kita rezeki di waktu dan kesempatan yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Baca Juga :   Mau Daftar Tenant Di Pasar Pasan Kotagede? Begini Cara Daftarnya

Kelima manfaat inilah yang setidaknya dapat memotivasi para mukminin dalam menjalankan ibadah Ramadan selama satu bulan dengan berbagai tantangannya. Selain salat fardlu, ibadah sunnah pun dianjurkan untuk dijalankan dengan optimal selama bulan Ramadan. Termasuk menahan diri dari lapar dan haus, menahan diri dari berburuk sangka, menahan diri dari emosi yang tidak terkelola, lebih banyak bersedekah dan menenangkan hati bilamana kita sedang mendapatkan cobaan.

Seperti halnya yang telah dijelaskan pula dalam surat Ali-Imran ayat 134,

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ (134)

Yang artinya,

“Mereka (orang-orang bertaqwa) itulah yang suka menginfakkan hartanya dalam kondisi lapang dan sempit, mampu menahan amarah, dan mudah memaafkan sesamanya, dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Dari ke semua petunjuk Allah di atas kita menjadi mengerti bahwa tujuan puasa Ramadan adalah memastikan setiap insan yang beriman menjadi orang yang bertakwa, yaitu insan yang memiliki kejernihan dan ketulusan hati dalam menjalankan semua perintah Allah Swt, yang terefleksikan dalam kepribadian dan kehidupan mereka sehari-hari.

Hal ini menjelaskan pula mengapa di saat kita telah menyelesaikan puasa Ramadan, kita diharapkan memiliki jiwa yang bersih, suci dari berbagai kesalahan, untuk memulai kembali tata kehidupan yang lebih baik dengan menebar berbagai kebaikan pada sesama kita.

Karena itulah kemudian pada masyarakat kita lahir kebiasaan yang membawa budaya bersyawalan, yaitu saling bertemu untuk bersilaturahmi. Disebut Syawalan karena budaya ini dilaksanakan di bulan Syawal seusai melaksanakan salat Idulfitri. Budaya ini berkembang di masyarakat kita ditunjukkan pada setiap akhir Ramadan, dengan begitu banyaknya orang untuk mengagendakan pulang ke daerah asalnya, untuk bertemu kembali dengan orang tuanya, bahkan ketika si anak telah hidup bersama keluarganya di perantauan.

Budaya Syawalan ini sesungguhnya merupakan refleksi dari semangat para mukminin menjalankan yang tertulis dalam Surat Ali-Imran ayat 134 di atas setelah menjalankan ibadah puasa sebulan lamanya, dan berharap mendapatkan derajat takwa dengan melakukan silaturahmi untuk saling bertemu, berkomunikasi untuk saling memaafkan, berbagi rizki bagi sesamanya dan mendoakan kebaikan satu sama lain.

Dan pada akhir khotbah ini, marilah kita berdoa agar Allah Swt menerima ibadah kita selama bulan Ramadan, memaafkan segala kesalahan kita dan senantiasa memberikan kita nikmat sehat, hidayah dan inayah agar kelak kita, bersama orang tua kita, anak-anak kita, sanak keluarga kita dan para sahabat, masih dipertemukan-Nya kembali dengan bulan Ramadan di tahun-tahun mendatang.

Marilah sejenak kita tengadahkan tangan, kita hadapkan hati memanjatkan doa semoga Allah Swt meridai niat dan ibadah kita.


Bagikan

Leave a Reply