Muhammadiyah Gagas Ekosistem Makan Bergizi Gratis

Bagikan

Muhammadiyah terus melakukan upaya konkret untuk memenuhi kebutuhan makan bergizi gratis bagi masyarakat. Inisiatif tersebut menindaklanjuti Nota Kesepahaman (MoU) dengan Badan Gizi Nasional yang telah ditandatangani pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di Kupang, Desember 2024, lalu.

- Advertisement -

Ketua Koordinator Nasional Makan Bergizi Muhammadiyah, M. Nurul Yamin menegaskan, pengelolaan program tersebut harus dilakukan secara profesional dan terintegrasi, dari hulu hingga hilir dalam satu kesatuan ekosistem.

“Ekosistem ini harus mencakup seluruh rantai, mulai dari penyediaan bahan baku, standar gizi dan menu, dapur yang higienis, transportasi dan distribusi, monitoring evaluasi hingga pengelolaan limbah makanan,” tegas Yamin.

Artikel Lainnya
1 of 44

Dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Ekosistem Makan Bergizi Gratis Muhammadiyah” di SM Tower & Convention Yogyakarta, pada Jumat-Sabtu (3-4/1) itu, Yamin memaparkan.

Kebutuhan analisis keuangan, pembiayaan, pengelolaan sumber daya manusia, serta pembentukan karakter siswa sebagai faktor penting dalam keberhasilan program Makan Bergizi Gratis.

Yamin mengungkapkan, tugas utama Kornas Makan Bergizi Muhammadiyah adalah mengoordinasikan dan mengonsolidasikan seluruh potensi Muhammadiyah. Mulai di tingkat pusat, wilayah, serta daerah. Potensi itu mencakup sumber daya manusia, kelembagaan, dan jaringan komunitas yang saling berkontribusi untuk keberhasilan program makan bergizi gratis di Indonesia.

Guna mendukung program tersebut, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) akan saling bersinergi, termasuk rumah sakit, ratusan perguruan tinggi yang di antaranya memiliki Program Studi Gizi, serta ribuan sekolah dan pesantren.

Baca Juga :   Tebar Makna Qurban di Idul Adha: Masjid Al Fatah Kotagede dan SHAF Berbagi Kebahagiaan di Masjid At Taqwa Bleder Kulon Progo

“Ketersediaan lahan wakaf dan aset untuk sektor pertanian, perikanan, serta pembangunan dapur memperkuat daya dukung inisiatif ini,” imbuhnya.

Di tingkat akar rumput, tambah Yamin, keberadaan Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) dan Jamaah Nelayan Muhammadiyah (JALAMU) akan menjadi penyuplai kebutuhan bahan pangan seperti beras, sayuran, dan ikan.

Menurutnya. dukungan tersebut menjadi elemen penting untuk memperkuat ekosistem makan bergizi gratis yang berkelanjutan. Selain itu, sudah banyak sekolah dan pesantren Muhammadiyah yang menerapkan program makan siang menjadi nilai tambah.

Di mana, program makan siang itu akan menjadi role model yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi siswa secara efektif.

“Keunggulan dapur berbasis sekolah atau pesantren adalah efisiensi distribusi, karena tidak memerlukan transportasi tambahan,” kata Yamin.

Melalui inisiatif ini, Muhammadiyah berharap dapat berkontribusi dalam program nasional pemenuhan gizi masyarakat untuk menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif. (guf)


Bagikan

Leave a Reply