Disadari atau tidak, kemanapun kita pergi, kita akan menjumpai iklan pada kehidupan sehari-hari. Dari pusat kota hingga desa-desa. Ketika kita pergi kerja, pergi ke pasar, hingga diam di tempat tidur sebelum memejamkan mata, iklan menyertai kita melalui layar gawai.
- Advertisement -
Tidak banyak yang tahu, sejarah iklan pada zaman kuno, iklan dilakukan secara gratis dari mulut ke mulut hingga sekarang sekali tayang pada layar-layar di pusat kota bernilai Milyaran. Mulanya setelah zaman kuno pada abad 15-16 iklan mulai bermunculan pada surat-surat kabar. Iklan semakin populer melalui surat kabar mingguan pada abad 17-18. Industri periklanan bermunculan pada abad 19, bahkan perusahaan yang fokusnya pada biro periklanan semakin menjanjikan menyentuh abad 20.
Iklan sebagai ujung tombak pemasaran kini tak terbendung berkembang pesat. Dari iklan cetak pada koran atau majalah sampai iklan dijital pada billboard maupun televisi. Baik itu berupa banner, baliho, spanduk, papan reklame, video, teks, artikel, maupun audio. Namun perkembangan jenis model pemasaran dan iklan menjadi salah satu akar punahnya media cetak. Sebab gulung tikar media cetak sebenarnya beragam, faktor utamanya adalah tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan model iklan itu sendiri.
Lain cerita, menempuh jalur sepi dan selamat dari badai bangkrut media cetak abad ini, sejak 1966 Brosur Lebaran Kotagede konsisten melayani iklan cetak. Brosur ini cukup unik karena menerbitkan liputan lokal yang dekat dengan sekitar dan melayani beragam jenis iklan. Bertepatan terbit setahun sekali pada idul fitri, banyak pengiklan bahkan dari keluarga untuk memberi salam selamat hari raya. Iklan UMKM, perusahaan, komunitas hingga partai pun ikut andil menyumbang selamatnya brosur dari kepunahan media cetak. Sekali bayar, tayang selamanya. Berikut beberapa daftar harga iklan pada Brosur Lebaran Kotagede edisi 63.
Informasi pemesanan di instagram brosurlebaran
