Ustaz Salim A. Fillah: Empat Spirit Utama Hijrah

Bagikan

Kotagede — Setiap langkah menuju masjid bisa menggugurkan dosa, meninggikan derajat, serta mempermudah jalan menuju surga. Majelis ilmu, termasuk pengajian merupakan salah satu taman surga di dunia, tempat rahmat Allah Swt. melimpah ruah.

- Advertisement -

Hal itulah yang disampaikan dalam tausiah Ustaz Salim A. dalam pengajian akbar yang digelar oleh PCM Kotagede pada malam tahun baru Islam 1 Muharam 1447 H di Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Kamis (26/6/2025).

Mengawali tausiahnya, Ustaz Salim A. Fillah mengajak seluruh jemaah untuk merenungkan makna hijrah Nabi Muhammad SAW dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Artikel Lainnya
1 of 62

Sebelum itu, Ustaz Salim mengingatkan pentingnya majelis ilmu sebagai sarana untuk mendapatkan keberkahan dan rahmat Allah Swt. Di mana, ada tiga hal yang menjadi keberkahan dalam majelis ilmu, yaitu dinaungi sayap malaikat, diturunkan sakinah (ketenangan), dan dibanggakan Allah di hadapan makhluk mulia.

“Malaikat turun ke majelis ilmu, menaungkan sayapnya, dan memohonkan ampunan bagi hadirin. Setelah majelis usai, malaikat akan menghadap Allah dan bersaksi atas hamba-Nya yang menuntut ilmu, memohon surga, dan perlindungan dari neraka. Ini menjadi pembela di akhirat,” tuturnya.

Selanjutnya, dengan sering mengaji dan mengingat Allah, hati akan menjadi tentram. “Ala bidzikrillahi tatmainnul qulub, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram,” ucap Ustaz Salim.

Baca Juga :   PCM Kotagede Adakan Kunjungan Silaturahmi ke Ranting se-Kotagede

Mengutip hadis riwayat Imam Ahmad dan Muslim tentang 100 bagian rahmat Allah. Ustaz Salim mengatakan bahwa ada satu bagian diturunkan ke alam dunia untuk seluruh makhluk, sementara 99 bagian dikhususkan bagi orang beriman dan bertakwa di akhirat.

“Pemberian (dikasih) belum tentu tanda sayang, namun jika disayang, pasti akan diberi,” katanya.

Sejarah Penetapan 1 Muharam

Mengenai peringatan 1 Muharam, Ustaz Salim A. Fillah menjelaskan bahwa hijrahnya Nabi Saw dari Mekah ke Madinah tidak terjadi pada tanggal 1 Muharam, melainkan bulan Rabiul Awal menurut para ahli tarikh yang masyhur.

Ustaz Salim menjelaskan bahwa 1 Muharam ditetapkan sebagai awal tahun hijriah ditentukan dengan peristiwa hijrah yang menandai perubahan peradaban Islam pada masa kekhalifahan Sayyidina Umar bin Khattab. Penetapan ini dipilih atas usulan dari Sayyidina Abdullah bin Abbas.

“Penentuan 1 Muharam sebagai awal tahun Hijriah baru ditetapkan pada masa kekhalifahan Sayyidina Umar bin Khattab. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan beberapa usulan, dan hijrah dipilih karena peristiwa tersebut menandai perubahan besar, dari keterzaliman menjadi kebebasan, serta pembangunan peradaban Islam yang baru,” paparnya.

Empat Spirit Hijarah Nabi Muhammad Saw.

Dari makna hijrah Nabi Muhammad Saw. Ustaz Salim kemudian menguraikan empat spirit hijrah yang perlu dihayati dan perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, rela dan berani meninggalkan sesuatu yang menghalangi ridha Allah Swt.

Seperti kisah Suhaib bin Sinan Ar-Rumi, seorang pedagang di Mekah yang kaya raya dan rela menyerahkan seluruh hartanya saat dihadang oleh orang-orang quraisy demi bisa menyusul Rasulullah Saw. ke Madinah. Setelah sampai di Madinah, Kanjeng Nabi menyebutnya sebagai orang yang beruntung.

“Jadi apa pun yang ditinggalkan karena Allah akan diganti dengan yang lebih baik. Keyakinan ini menjadi fondasi utama,” tuturnya.

Baca Juga :   Pohon, Sungai, Pantai

Kedua, bersandar sepenuhnya kepada Allah, bukan makhluk. Spirit itu dicontohkan dari kisah Abdurrahman bin Auf yang dipersaudarakan dengan Saad bin Rabi’ oleh Nabi Muhammad Saw.

Kemudian, saking senangnya, Saad bin Rabi’ menawarkan rumah, kebun kurma, dan bahkan istri. Namun, Abdurrahman bin Auf lebih memilih untuk ditunjukkan jalan ke pasar untuk berdagang dan sukses.

Ustaz Salim menerangkan bahwa hal itu dipilih sebagi bentuk kemandirian dan tawakal kepada Allah. “Dalam kondisi apapun, manusia harus mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan tetap bersandar sepenuhnya pada pertolongan Allah, bukan pada mahluk,” lanjutnya.

Ketiga, semangat belajar dan selalu menuntut ilmu. Ustaz Salim menunjukan kisah Sayyidina Umar dan Mu’adz bin Jabal menjadi teladan dalam hal ini. Dimana, keduanya saling bergiliran untuk bekerja dan menuntut ilmu, mencatat, dan membagikan hasil pembelajaran.

Keempat, tetap rendah hati dan tidak sombong.Ustaz Salim mengingatkan agar setelah hijrah dan berilmu, seseorang tidak lantas merasa lebih baik dari orang lain. Sebab, sifat sombong (ana khairu minhu) adalah ciri iblis, sementara kerendahan hati (rabbana zhalamna anfusana) adalah ciri orang beriman.

“Ilmu seharusnya membawa seseorang semakin mendekat kepada Allah dan menyadari kekurangannya, bukan malah membuatnya merasa superior,” pesanya. (guf)


Bagikan

Leave a Reply