Cerita Bisa Saja Berangkat Dari Langkah Kaki Sendiri atau Dari Cerita Orang Lain

Bagikan

Semua orang memiliki cerita, memiliki masa lalu yang tersimpan di memori. Ada yang mampu diceritakan kepada orang lain: diceritakan pada sebagian orang, diceritakan kepada banyak orang, ada juga yang memilih siapa yang tepat mendengarkan cerita, ada yang hanya dipendam. Kita telah dianugerahkan bagaimana memilah cerita yang perlu diceritakan dan tidak. Sudut pandang mana yang baik dan mana yang tidak.

- Advertisement -

Sebagian orang membiarkan saja menjadi kenangan yang timbul tenggelam, sebagian orang mengolahnya banyak bentuk. Ada yang berbentuk cerita lisan, pertunjukkan teater, lirik, puisi, film, cerita pendek dan bentuk-bentuk lainnya. Dan saat cerita diri diwujudkan dalam sebuah bentuk. Maka kita akan menggerakan sensitivitas, menambahkan tokoh dalam cerita dan menambahkan hal lain yang dibutuhkan sebelum membukusnya menjadi bentuk yang kita inginkan.

Tentu saja tidak semua orang bisa membungkusnya, tapi tidak sedikit yang enggan menulis tentang diri sendiri dalam bentuk cerita pendek. Alasannya banyak, salah satunya adalah malu dan skeptis pada diri sendiri bahkan pada tahap sudah memulainya. Mereka yang seperti itu, biasanya menyerah sebelum sampai tahap-tahap menyenangkan dalam proses mengenal nikmatnya menulis. Misalnya, bagaimana nikmatnya menulis bisa membuat kita peka dan peduli pada orang lain. Kita bisa mendapatkan sudut pandang lain sampai menemukan solusi pada peristiwa yang diamati, sebelum akhirnya kita meluangkan waktu untuk menyuntuki kisah-kisah di kepala. Fajri Andika yang sudah lama menulis cerpen  melakukannya dengan kesetiaannya, dengan gayanya sendiri, dengan sudut pandangnya sendiri. Maka lahirlah kumpulan cerpen ini.

Artikel Lainnya
1 of 10

Apakah semua cerita benar-benar terjadi di dalam kehidupan penulis? Belum tentu, bisa jadi cerita berangkat dari cerita lain yang ditulis orang lain lalu dijadikan inspirasi. Bisa juga berdasar dari pengalaman sendiri. Dan kadang-kadang cerita yang ditulis adalah harapan-harapan penulis yang tidak tercapai di kehidupannya. Kumpulan cerpen “Anda Memasuki Kawasan Bebas Kenangan” pun sama. Apakah cerita-cerita di dalam cerpen Fajri adalah harapannya si penulis, jawabannya hanya akan diketahui jika kalian baca kumpulan cerpen ini dan mengenal penulisnya.

Bisa jadi cerita dalam kumpulan itu malah menggabungkan dari apa yang dialami dan hasil bacaan penulisnya. Konon belajar menulis paling cepat adalah berangkat dari kisah sendiri. Ya, kisah sendiri akan lebih gampang menyusunnya dan lebih detail ketika kita ingin mengeditnya. Tentu saja lebih menyenangkan.

Membaca cerpen-cerpen Fajri, saya larut dalam bayangan bahwa Fajri mencoba menuliskan diri sendiri, orang lain dan peristiwa terdekatnya, kejadian-kejadian unik di halaman rumahnya dan tentang haji yang menjadi salah satu cita-cita orang madura, tempat kelahirannya. Tentu saja cerita dalam kumpulan cerpen ini tidak seperti sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”. Haji di dalam kumpulan cerpen ini adalah harapan-harapan, intrik para pengelolah, perilaku, status sosial juga beban yang ditanggung para penyandang gelar haji. Fajri menyaringnya lalu dibungkus dengan berbagai sudut pandang, sudut pandang yang selama ini ia temukan di kehidupannya, yang membuatnya gerah atau sudut pandang yang diharapkannya sebagai muslim yang ingin Haji.

Di kumpulan cerpen setebal 138 halaman ini tidak hanya bertemakan tentang haji. Penulis yang berjibaku di rantau ini begitu banyak menuliskan getirnya jarak -yang dibenturkan dengan peristiwa-peristiwa memilukan. Fajir selalu menyelipkan romantisme pada cerpen-cerpen yang bertemakan jarak. Penulis seperti tidak kehabisan cerita saat menuliskan tentang jarak, yang tersemat rindu di dalamnya. Ada juga pilu, ada debar, ada getir, dan tak luput ada harapan dan kenangan yang tidak mau dikenang. Dengan gaya bahasa ringan perihal jarak mengalir begitu saja. Tidak perlu mengerutkan kening. Penulis seperti mendongeng kejadian-kejadian aneh, miris dan tragis.

Baca Juga :   Kotagede Kultural : Citra Kawasan dan Upaya Pengendaliannya

Pembaca akan dibawa keliling ke dunia penulis. Dibawa ke halaman kampungnya, kegelisahan ceruk hatinya. Fajri menulis segala kenangan dirinya dan kenangan tokoh yang ditulisnya. Alih-alih penulis menggunakan judul “Anda Memasuki Kawasan Bebas Kenangan”, lelaki Juventine ini berimajinasi bagaimana kalau seseorang tidak punya kenangan, bagaimana hidupnya. Bagaimana kalau kenangan hanya dibiarkan di kepala dan debar dadanya. Tidak pernah dituliskan menjadi kisah yang barangkali bisa menjadi pelajaran bagi pembacanya.

Maka pada cerpen-cerpen Fajri akan banyak ditemukan pesan-pesan tersirat dengan kejutan-kejutan kecil yang akan membuat pembaca sedikit terkecoh meskipun tidak sedikit pula ending yang disuguhkan sangat terbuka. Dengan bahasa terbuka penulis tidak ingin menyesatkan pembaca dengan cerita dalam kumpulan yang juga banyak mengangkat cerita lokalitas. Maka pembaca akan diperkenalkan perihal kebiasaan daerahnya, baik buruknya, tegas kerasnya sikap orang-orang lokal sekalipun pada hal-hal sepele.

Cerita bisa saja berangkat dari langkah kaki sendiri atau dari cerita orang lain. Fajri telah menunjukkannya di dalam kumpulan cerpennya, disitu kita bisa belajar.

Biodata Penulis
Sule Subaweh bekerja di UAD
Pendiri Komunitas Sastra Jejak Imaji
Kumpulan cerpennya “Bedak dalam Pasir” terbit 2017. Cerpen keduanya terbit 2022ย diย Divaย Press.


Bagikan

Leave a Reply