LSB PCM Kotagede Dakwah Lewat Seni Karawitan

Bagikan

Kotagede, pcmkotagede.com – Lembaga Seni dan Budaya (LSB) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kotagede mengusung seni Karawitan dan Mocopat sebagai program kerja unggulan pada periode kepengurusan 2022-2027.

- Advertisement -

Pemilihan proker Karawitan dan Mocopat bukan tanpa alasan. Menurut ketua LSB, Sukarjiyono, karawitan dan mocopat merupakan seni tradisi yang harus dilestarikan, agar kedua seni tradisi itu tidak hilang, menggiatkan kembali karawitan dan mocopat menjadi salah satu cara yang dapat ditempuh.

“Muhammadiyah menjunjung tinggi budaya yang sinkron dengan ajaran Islam. Budaya yang bertolak belakang dengan ajaran Islam ditolak atau dibenahi,”

(Sukarjiyono)

Tidak hanya alasan budaya, seni Karawitan dan Mocopat dianggap mampu menjadi salah satu sarana dakwah untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Misalnya dengan mengadaptasi kisah para Nabi dan persyarikatan Muhammadiyah.

“Harapannya adalah seni tradisi tumbuh dan lestari di masyarakat yang Islami,” kata Sukarjiyono, Ketua LSB PCM Kotagede, saat ditemui pada Ahad, 1 Oktober 2023 di Kotagede.

Setiap pekan LSB PCM Kotagede rutin mengudara melalui Radio Swara Kenanga.

Selain karawitan dan mocopat, LSB PCM Kotagede juga memasukkan jenis kesenian lain diantara program kerjanya, salah satunya cokekan. Dalam pelaksanaannya, seni cokekan tidak membutuhkan lahan luas maupun peralatan musik yang banyak, sehingga akan lebih mudah dan ringkas untuk dilakukan.

Artikel Lainnya
1 of 2

Cukup menggunakan kendang, slenthem, gong, siter, gambang, dan sinder, dengan begitu, cokekan bisa memungkinkan untuk dilakukan. Kesenian modern Islam seperti samrohan dan qiroah juga tidak luput dari perhatian LSB periode ini.

Baca Juga :   Strategi Manajemen Kampung Warna-Warni di Kotagede

Di sisi lain, LSB PCM Kotagede juga merasa prihatin dengan minimnya jumlah orang yang memiliki kemampuan menjadi MC dengan bahasa Jawa.

Selama ini, keberadaan MC Jawa cukup penting dalam hajatan-hajatan warga, tak jarang keahlian tersebut bisa menghidupi orang yang bersangkutan. Kini, tidak banyak orang yang bisa menjadi MC Jawa. Situasi ini memicu LSB untuk mengangkat masalah MC Jawa dalam program kerja mereka.

“Angkatan muda diharapkan mau menggeluti seni tradisi yang makin langka. Seperti MC Jawa, langka dan makin dicari,” imbuhnya.

LSB PCM Kotagede tentu tidak mengabaikan tantangan yang mungkin dihadapi dalam menjalankan program kerja mereka. Setidaknya, ada empat tantangan umum LSB PCM Kotagede, yaitu dana, regenerasi, media, dan sumber daya manusia. Keempat tantangan itu jelas perlu diantisipasi demi menjaga signifikansi LSB di PCM Kotagede.

Pasalnya, keberadaan LSB dalam PCM Kotagede relatif penting. Bagi sukarjiyono, LSB PCM Kotagede diibaratkan sebagai pentil di ban roda. Dianggap tak berguna dan tak bermanfaat, tetapi jika tidak ada LSB, maka PCM akan ompong.

Apalagi, PCM Kotagede menyimpan potensi seni dan budaya. Hanya saja, potensi itu masih perlu digali dan dikembangkan. Selama masih sesuai dengan nilai-niai Islam, Muhammadiyah bisa bergerak dalam mengembangkan kedua hal tersebut.

“Muhammadiyah menjunjung tinggi budaya yang sinkron dengan ajaran Islam. Budaya yang bertolak belakang dengan ajaran Islam ditolak atau dibenahi,” jelas orang yang akrab disapa Pak Sukar ini. (Roni/Yasin)


Bagikan

Leave a Reply