
Ruh Gerak Muhammadiyah: Cabang Berkembang, Ranting Penting, dan Masjid Makmur
KOTAGEDE – Hakikat gerakan Muhammadiyah sejatinya hidup dan tumbuh di tiga pilar utama, yakni cabang, ranting, dan masjid. Tiga entitas tersebut merupakan pusat kehidupan nyata warga Muhammadiyah.
Ungkap Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Drs. M. Jamaluddin Ahmad, S.Psi., dalam tausiah Pengajian Pimpinan, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kotagede.
“The real Muhammadiyah ada di cabang, ranting, dan masjid. Karena warga Muhammadiyah berdomisili, beramal, dan berjuang di tiga tempat itu. Kalau ketiganya tidak hidup, maka ruh Muhammadiyah juga lemah,” ucapnya di Masjid Wahidah BC SD Muhammadiyah Bodon Boarding, Jumat malam (7/11).
Jamaluddin menekankan, gerakan pengembangan cabang dan ranting harus dimaknai sebagai upaya bersama. Yaitu memperkuat fondasi dakwah dan sosial Muhammadiyah. Termasuk adanya Cabang Ranting Muhammadiyah (CRM) Award.
“Inti dari CRM) Award bukan pada lombanya, tetapi pada semangat fastabiqul khairat. Lomba hanya alat, yang utama adalah bagaimana cabang dan ranting bisa hidup, berkembang, dan bermanfaat,” katanya.
Menurutnya, ruh kehidupan cabang, ranting, dan masjid bertumpu pada empat hal, yakni hidupnya pengajian, masjid yang makmur, amal yang ikhlas dan gembira, serta rapat rutin sebagai wadah musyawarah.
“Maka pengajian harus dijaga dan dikelola dengan baik. Masjid harus makmur dan memakmurkan. Di mana pun, tugas utama manusia adalah beribadah kepada Allah,” terangnya, mengutip firman Allah dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56
Jamaluddin menambahkan, para pengurus, baik cabang, ranting, organisasi otonomon hingga pengelola amal usaha perlu rutin bermusyawarah, agar semangat kolektif terus terjaga.
“Rapat itu musyawarah, dan musyawarah itu ibadah. Kalau rapatnya rutin, cabang hidup, ranting hidup, dan masjid juga hidup,” katanya.
Menjelang akhir tausiyah, Jamaluddin mengajak jamaah untuk menghidupkan kembali tradisi salat berjamaah di masjid. Sebab, masjid sekadar tempat ibadah salat, tetapi juga menjadi pusat dakwah dan kegiatan sosial masyarakat.
“Mari ajak keluarga dan saudara ke masjid. Kalau masih berat berangkat ke masjid atau pengajian, ya tetap saja berangkat. Ikhlas ra ikhlas, mangkat. Karena ibadah itu wajib. Nanti keikhlasan akan datang sendiri,” pesannya.
Ia berharap, melalui cabang, ranting, dan masjid sebagai ruh gerakan Muhammadiyah menjadikan sebagai pusat dakwah yang hidup dan bermanfaat bagi umat. (guf)
