
Adi Hidayat Bagikan Tips Meraih Hidup Sukses dan Seimbang
Meraih hidup sukses dan bahagia merupakan dambaan setiap manusia. Dalam ajaran Islam, kebahagiaan sejati tidak hanya diukur dari pencapaian duniawi semata, tetapi juga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Allah Swt. telah memberikan panduan lengkap melalui Al-Qur’an dan Hadits tentang cara meraih kebahagiaan yang hakiki, yang tidak hanya memenuhi kepuasan jasmaniah tetapi juga memberikan ketenangan jiwa.
Sebagai acuan meraih kehidupan yang sukses dan seimbang, Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyampaikan konsep takwa (nilai baik) dan fujur (keburukan) pada diri manusia.
Kajian itu disampaikan Ustaz Adi Hidayat dalam Pengkajian Isra Miraj yang digelar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Kemendikdasmen RI). UAH mengatakan, manusia disebut sebagai manusia jika memiliki tiga unsur utama yaitu fisik, akal, dan rohani (sumber kehidupan).
“Tugas kita selama hidup adalah bagaimana kita dapat mengoptimalkan 3 unsur tersebut. Maka, manusia yang unggul itu adalah yang dapat mengoptimalkan ketiga unsur tersebut,” ucap UAH pada Jum’at (31/1).
UAH menyebut bahwa takwa dapat diraih jika manusia mampu merawat ketiga unsur yang telah disebutkan (fisik, akal, dan rohani).
“Supaya ketiga instrumen tersebut dapat berfungsi dan bekerja dengan baik, maka perlu dirawat dan diberikan asupan yang positif. Sebuah afirmasi positif dari asupan positif sebagai sumber takwa. Sebaliknya, jika diri manusia mendapatkan asupan yang negatif maka akan memunculkan fujur (rambatan keburukan),” paparnya.
Merujuk surah Yusuf Ayat 53 yang artinya “Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberikan rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ustaz Adi Hidayat mengingatkan bahwa manusia tidak bisa mengklaim dirinya paling suci, paling bersih, paling baik karena pasti ada potensi yang kurang baik pada diri manusia.
“Jika yang negatif tersebut dominan, maka bertemulah Nafs (Jiwa) dengan Su (keburukan), jika digabung maka menjadi Nafsu,” tuturnya.
Lalu, kenapa Allah Swt. menciptakan adanya takwa dan fujur?
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, secara filosofis dikatakan dalam Al Qur’an bahwa fujur diciptakan bukan karena ingin membuat kehidupan manusia bermasalah. Tetapi, menghadirkan rasa sabar dalam diri manusia.
“Jika tidak ada marah, maka sabar tidak akan muncul. Jadi, manusia yang cenderung bahagia menurut Al Quran adalah mampu mengolah semua yang terdengar kurang baik dan fujur yang dijadikan untuk mencari yang takwa (baik). Semakin kita mampu mengoptimalkan jiwa takwa dan semakin mampu mengeksplorasi nilai-nilai kebaikan, maka semakin dekat dengan kesuksesan dan kebahagiaan hidup,” tutup UAH. (guf)